Dari uraian dan analisis yang dikemukakan sebelumnya,
dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, Pada aspek
pengetahuan, sebagian besar ulama belum familiar dengan
istilah taqdîm al-marjûh. Namun, secara substansial, seluruh
ulama memiliki pengetahuan yang memadai tentang konsep
taqdîm al-marjûh. Kedua, para ulama sepakat bahwa konsep
taqdîm al-marjûh dapat diterima dan diamalkan dengan
berbagai argumentasi. Namun, mereka berbeda pendapat
tentang persyaratan dan alasan yang membenarkan penerapan
konsep taqdîm al-marjûh. Sebagian ulama lebih terbuka dalam
menerima dan menerapkan konsep taqdîm al-marjûh mengingat
kecenderungan pendapat fiqih yang beragam dalam berbagai
masalah hukum dan intensitas interaksi antar penganut mazhab
berbeda-beda. Sebagian ulama lain menerima penerapan konsep
taqdîm al-marjûh, tetapi dengan catatan tidak digunakan
6
sepanjang waktu dan hanya pada masalah khilafiyah yang
mu’tabar. Ketiga, Sebagian ulama menerapkan prinsip taqdîm
al-marjûh sejalan dengan pemahaman dan sikap yang positif
terhadap konsep tersebut. Sementara itu sebagian ulama lainnya
tidak menerapkan prinsip taqdîm al-marjûh, meskipun memiliki
mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap
prinsip tersebut