Search for collections on Scholar Repository UIN Imam Bonjol Padang

SASTRA ARAB SUFISTIK NUSANTARA: ORISINALITAS GAGASAN DAN STILIDTIKA Karya Syaikh Isma'il al Minangkabawi

Syofyan, Hadi (2024) SASTRA ARAB SUFISTIK NUSANTARA: ORISINALITAS GAGASAN DAN STILIDTIKA Karya Syaikh Isma'il al Minangkabawi. Lembaga Studi Islam Progresif (LSIP), Lembaga Studi Islam Progresif (LSIP). ISBN 978-602-99877-6-8

[thumbnail of Buku] Text (Buku)
Sastra Arab Sufistik Nusantara (Orisinalitas Gagasan Dan Stalitika Karya Syaikh Isma'il Al-MInangkabawi).pdf - Published Version

Download (8MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan membuktikan bahwa gagasan dan
gaya bahasa karya-karya kesusasteraan ulama Nusantara yang
ditulis dengan bahasa Arab adalah orisinal, bukan jiplakan dan
saduran dari karya ulama Timur Tengah. Hal itulah yang
ditunjukan Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi dalam karya puisinya
melalui kekayaan gagasan sufistik dan kreatifitas gaya bahasa
yang digunakannya. Puisi sufistik Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi
sekaligus menjadi bukti yang mengukuhkan adanya otoritas
ulama Nusantara dalam membuat gubahan bait-bait indah
berbahasa Arab, sesuatu yang selama ini selalu diasosiasikan
sebagai monopoli ulama Timur Tengah. Melalui karyanya, Syaikh
Isma‘il al-Minangkabawi membuktikan kapasitas intelektual dan
kepujangaannya dalam mengungkapkan kekayaan gagasan
sufistik melalui struktur gaya bahasa yang menawan. Kedua aspek
ini di antaranya terlihat pada kemampuan Syaikh Isma‘il al-
Minangkabawi dalam memberikan warna baru terhadap beberapa
konsep ajaran tarekat Naqshabandiyah yang kemudian lebih
cenderung falsafī dan disusun dengan gaya bahasa penuh
simbolik yang terkadang cenderung radikal dan keluar dari gaya normatif kesusasteraan Arab konvensional.
Kesimpulan penelitian ini memperkuat pendapat beberapa
ahli seperti; Wan. Mohd. Shaghir Abdullah (1995), Azyumardi
Azra (2005) dan (2008), Abdul Hadi WM (2008) dan (2012), Oman Fathurahman (2012), Rahim Afandi Abdul Rahim (2008), dan Kun Zachrun Istanti (2007). Para peneliti ini dalam tulisanya menyimpulkan bahwa semenjak masa silam ulama-ulama
mereka pelajari di Timur Tengah, mereka juga berupaya
melakukan reformulasi dan modifikasi ajaran ke dalam bentuk
yang lebih adaptif dengan mempertimbangkan kondisi sosial dan
kultural masyarakat Nusantara sendiri.
Para ulama atau penulis Nusantara telah berupaya
mewarnai ajaran Islam yang mereka terima dari ulama-ulama
Timur Tengah dengan karakteristik dan corak ajaran yang bersifat
lokal. Di dalamnya telah dimasukkan unsur-unsur lokal yang
menjadi bukti kuatnya respon lokal yang bersifat kreatif dan
dinamis dari ulama Nusantara sendiri dalam meresepsi dan
merepresentasikan ajaran Islam dalam konteks Nusantara. Hal itu
tidak hanya terlihat dalam karya-karya keagamaan saja seperti
tafsir, fiqh, tasawuf, namun juga dalam bidang kesusasteraan.
Karya-karya puisi sufistik Syaikh Isma’il al-Minangkabawi
adalah di antara karya ulama Nusantara yang berupaya
menunjukkan sisi orisinalitasnya melalui kekayaan ide sufistik
dan juga gaya bahasanya. Dari aspek gagasan sufistiknya, seperti
terlihat dalam karya Syofyan Hadi ini, ajaran Tarekat
Naqshabandiyah yang dikembangkan Syaikh Isma‘il al-
Minangkabawi tidak hanya sekedar adopsi utuh dari ajaran
Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah yang diterimanya di Jabal
Qubays sebagai pusat dan basis utama transmisi ajaran tarekat
Naqshabandiyah di Dunia Islam, ketika ajaran tarekat ini
dikembangkan di Nusantara, Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi
berusaha menghadirkan formulasi dan warna baru dalam konsepkonsep
sufistiknya yang berbeda dengan konsep ajaran yang
bersumber dari Syaikh Khālid al-Kurdī dan ‘Abd Allāh Afandī al-
Khālidī di Haramain.
Orisinalitas gagasan sufistik Syaikh Isma‘il al-
Minangkabawi terlihat dalam perubahan yang dilakukannya
terhadap beberapa konsep ajaran Tarekat Naqshabandiyah
Khalidiyah yang berbeda dari konsep yang diajarkan sebelumnya oleh tokoh-tokohnya di Haramain. Sebelumnya, ajaran Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah yang dikembangkan di Jabal Qubays memiliki kecenderungan sebagai tasawuf yang hanya bertumpu pada aspek ritual zikir dan amal praktis semata. Di Nusantara, Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi mewarnainya dengan konsep konsep sufistik yang bersifat filosofis sehingga menjadi lebih
falsafī.
Dalam konteks ini, sebagaimana disimpulkan penulis
dalam buku ini, Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi mencoba
melakukan sintesa antara ajaran tasawuf akhlāqī dan falsafī; dua
corak besar ajaran sufistik yang berkembang sebelumnya di
Nusantara. Dua konsep tasawuf besar yang disintesakan Syaikh
Isma‘il al-Minangkabawi dalam karyanya adalah ajaran tasawuf
akhlāqī yang dikembangkan al-Baghdādī, al-Ghazālī dan al-
Sakandarī dan ajaran tasawuf falsafī yang dikenalkan al-Busṭāmī,
Ibn ‘Arabī, dan al-Jīlī. Hal itu terlihat dari beberapa konsep ajaran
falsafī yang dijelaskan di dalam karyanya ini, seperti konsep alwaḥdat
al-wujūd (transendesi dan imanensi Tuhan), emanasi (alfayḍ),
al-insān al-kāmil dan sebagainya. Sekalipun Syaikh Isma‘il
al-Minangkabawi mencoba menyampaikannya melalui bahasa
penuh simbolik dan dalam batas tertentu konsep ajaran falsafinya
pun tidak seradikal apa yang pernah diajarkan Ibn ‘Arabī di dunia
Islam ataupun Hamzah al-Fanṣūrī di Nusantara.
Pada sisi yang lain, aspek orisinalitas gagasan sufistiknya
juga terlihat dari upaya Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi
menghadirkan konteks lokal Nusantara dalam ajaran Tarekat
Naqshabandiyah Khalidiyah yang dikembangkannya. Upaya
lokalitas ajaran tersebut dilakukannya dengan juga
memperhatikan konteks dan situasi sosio-kultural masyarakat
Nusantara sebagai objek dan sasaran dakwahnya. Dalam beberapa
bagian konsep ajaran yang dikembangkannya terlihat sangat
berbeda dengan konsep-konsep tasawuf yang dikenal di Dunia
Islam umumnya dan juga di kalangan Tarekat Naqshabandiyah
khususnya. Hal itu terlihat dari konsep ajaran tentang sulūk,
rābiṭah, kewalian, karāmah awliyā’ dan sebagainya.
Selanjutnya, orisinalitas gaya bahasa seperti yang
dielaborasi penulis dalam buku ini terlihat pada kekayaan pilihan gaya ungkapannya dan juga banyaknya modifikasi gaya bahasa Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi dalam menyampaikan ide dan ajaran sufistiknya. Bahkan, dalam konteks tertentu tidak jarang Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi menghadirkan pola gaya bahasa yang tidak lazim atau bahkan bisa dianggap keluar dari ketentuan gaya bahasa yang berlaku pada kesusasteraan Arab konvensional, baik dalam hal pilihan kata, gaya kalimat, bahasa figuratif hingga
ritme dan rimanya. Akan tetapi, fenomena tersebut tentu saja
harus dipahami dalam konteks kreativitas Syaikh Isma‘il al-
Minangkabawi dalam membuat bahasa puisinya agar terlihat
lebih kreatif dan terasa lebih estetis.
Dalam konteks gaya bahasa ini, Syofyan Hadi berargumen,
Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi lebih mengutamakan aspek
kreatif dalam bahasa puisinya daripada mengikuti aturan normatif
bahasa Arab; Sebuah pandangan dan konsep kreativitas yang
cukup radikal dalam konteks kesusasteraan Arab. Dalam sejarah kesusasteraan Arab semenjak masa Jahiliyah, kreativitas dalam menyusun gubahan puisi tidak boleh melanggar aspek normatif yang baku dan berlaku dalam bahasa Arab. Dalam konteks tradisi ilmu tata bahasa Arab, terdapat kesepakatan ahli bahasa bahwa argumentasi bahasa (al-shawāhid al-lughawīyah) ada tiga macam; al-Qur’an, Hadis dan puisi Arab. Ini memberikan bukti puisi Arab sekalipun merupakan bahasa kreatif, tetapi ia tetap berada dalam ikatan aturan tata bahasa yang berlaku normatif.Dalam aspek gaya bahasa ini terlihat sisi kreativitas Syaikh
Isma‘il al-Minangkabawi yang terkadang cenderung radikal. Jika dia dihadapkan pada pilihan antara mengikuti aturan normatif struktur bahasa Arab dengan kreativitas berbahasa demi mencapai aspek estetisnya, Syaikh Isma‘il al- inangkabawi lebih memilih aspek estetis dengan engesampingkan aspek formalistik. Namun demikian, fenomena kreativitas Syaikh Isma‘il al-Minangkabawi yang dianggap berada di luar mainstream kesusasteraan Arab konvensional, menjadi argumentasi kuat orisinalitas karya puisinya tersebut.Buku ini merupakan kajian pertama yang mengkaji puisi sufistik yang ditulis dengan bahasa Arab dalam bentuk manuskrip dan ditulis ulama Nusantara. Harus diakui, kajian dengan objek manuskrip yang menggunakan bahasa Arab sebagai medianya, apalagi puisi Arab masih sangat terbatas dan langka. Oleh karena itu, kajian ini sepatutnya menjadi stimulus bagi peneliti lain untuk juga melakukan kajian mendalam atas karya-karya ulama Nusantara lain yang ditulis dengan Arab, terutama dalam bentuk puisi Arab. Ini bertujuan bukan hanya sekedar untuk menunjukan kekayaan khazanah intelektual masyarakat Nusantara, namun lebih jauh juga untuk membuktikan kepada dunia, ulama
Nusantara ternyata tidak kalah hebatnya dari ulama Timur
Tengah. Akhirnya, saya memberikan apresiasi kepada Syofyan Hadi yang telah berhasil membuktikan otoritas dan kapasitas
intelektual ulama Nusantara dalam menghasilkan berbagai karya monumental. Karya-karya itu tidak hanya orisinal, namun juga memiliki bobot intelektual dan kualitas estetik yang tinggi

Item Type: Book
Subjects: 2x0 Agama Islam > Aqidah dan Filsafat Islam > Tarekat
Divisions: Fakultas Adab dan Humaniora > Bahasa dan Sastra Arab
Depositing User: Bustanul Syukri Pustakawan
Date Deposited: 08 Jul 2024 11:55
Last Modified: 08 Jul 2024 11:55
URI: https://scholar.uinib.ac.id/id/eprint/1881

Actions (login required)

View Item
View Item