Penelitian ini penting karena melihat fenomena masih banyak persoalan-persoalan keagamaan yang terkait dengan masalah khusus perempuan yang belum terjawab secara tuntas. Keterbatasan pengetahuan perempuan dalam masalah khusus perempuan bermuara pada perbuatan pelanggaran jaran Islam, baik terkait haid, junub, dan tanggung jawab dalam rumahtangga. Penjelasan dan informasi berimbang terhadap persoalan perempuan sering tidak didapatkan pada mubaligh laki-laki, bahkan kadang terkesan ada nuansa subjektif yang memposisikan perempuan sebagai objek tersalahkan. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif, informan penelitian jemaah dan mubaligh perempuan yang aktif. Penentuan informan
menggunakan key informant berikutnya dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Tulisan ini menjelaskan bahwa jemaah membutuhan mubaligh perempuan untuk bisa berdiskusi dan berbagi informasi tekait masalah khusus tentang perempuan, sosok mubaligh perempuan yang diinginkan masyarakat jemaah diantranya memiliki kompetensi subtantif dan kopetensi metodologis. Mubaligh perempuan memiliki peluang yang cukup tinggi yang dibuktikan dengan antusias penerimaan masyarakat dalam bertabligh, sedangkan yang dihadapi mubaligh perempuan kesibukan tugas rumahtangga, tempat pelaksanaan tabligh jauh dari domisili mereka, dan kekuatan fisik yang kurang memungkinkan.